Wednesday, October 20, 2010

Ketika ‘Kota Tua’ Menebarkan Pesonanya .. (Bag. 1)




kembali kutelusuri pelosok kota tua ini 
dalam gejolak angan rindu berpagut kenangan manis masa kanak kanakku

kembali kaki melangkah dan tak hendak cepat berlalu...
kisi kisi gedung usang sepanjang sisi kali, menyimpan sejuta kisah indah nan abadi

entah mungkin waktu tuk diputar kembali
tuk sekedar mengaitkan temali ..
kemegahan kota tua
tak seharusnya beku dalam selimut zaman
pasrah melebur di ceceran sepi

Tegel batu, taman kota dan dinding dinding kokoh
kembali mengurai gundah dan keluh kesah
akankah mereka harus membisu berpigura kenangan
atau merajut pesona di hari depan penuh gairah


"Kelana di kota tua", Beos, medio Agustus 2004

Sore yang rada mendung tak menyurutkan langkah wisatawan untuk mengeksplorasi Kota Tua Batavia yang sekarang sedang menebar pesona wisata sejarah setelah pemerintah daerah dan yayasan sosial pelestari peninggalan sejarah kota tua melakukan pembenahan di sana sini, termasuk tata pencahayaan ketika malam melingkupi kawasan itu, sehingga kawasan dengan gedung-gedung tua peninggalan jaman Belanda itu terlihat sangat attractive..
Segerombolan siswa SMA tampak sedang asik mendengarkan penjelasan seorang pramuwisata yang menggunakan pengeras suara, menjelaskan seluk beluk sejarah gedung museum Mandiri.
Menjajaki area menuju Museum Fatahillah, pengunjung disambut oleh batu-batu bulat karya seniman kontemporer dan kafe tenda yang berjejer dengan atap warna merah mencolok di sisi gedung-gedung tua yang dulu sempat menjadi kantor bagi maskapai atau perusahaan dagang serta gedung bank yang seakan menjadi daya tarik stimulant sebelum sampai di pelataran depan Museum dimana sebuah plaza atau square menjadi pusat keramaian bagi pengunjung yang selesai mengekplorasi bagian dalam museum. Berbagai aktifitas terlihat mulai dari pengguna jasa sewa sepeda onthel, pedagang minuman serta jajanan, mereka yang sibuk berfoto ria dan yang sedang asik bersenda gurau di keramaian sore itu.
Memasuki museum yang ramai pengunjung, setelah membayar tiket masuk yang hanya dua ribu perak dan tak lupa membeli buku informasi, terlihat detil arsitektur tropis jaman belanda dengan plafon yang tinggi serta jendela-jendela besar dengan daun jendela berangka susun sirih horizontal yang memungkinkan udara leluasa keluar masuk meski jendela ditutup. Maklumlah jaman dulu belum ada teknologi AC yang bisa mendinginkan ruang tertutup. ....




Di sayap kiri dan kanan lantai dasar terdapat kamar yang digunakan oleh keluarga gubernur jendral. Beberapa  katil kayu antik serta lemari kaca dan perabot lainnya terpajang di kamar kamar itu.

Lukisan figur de Witt beserta istrinya serta J.P. Coen yang pernah menjadi gubernur jendral yang populer di dalam buku sejarah, menghiasi sebagian dinding.

Ada prasasti unik yang menghiasi dinding sebelah kiri ruang foyer yang menghubungkan ruang depan dengan plaza di bagian dalam museum. (SN)

No comments:

Post a Comment